inovasi dari puskesmas-puskesmas tersebut beragam, tak hanya soal layanan jemput bola atau pemeriksaan kesehatan dari rumah ke rumah yang banyak dilakukan terutama sejak pandemi COVID-19.
Jakarta (ANTARA) - Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) memberikan penghargaan kepada tiga puskesmas terpilih yang telah melakukan inovasi guna meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat.

Chief Strategist sekaligus Plt. Chief of Primary Health Care (PHC) CISDI Yurdhina Meilissa mengatakan, penghargaan-penghargaan tersebut sebagai bukti bahwa puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan primer yang paling dekat dengan masyarakat ternyata bisa membuat terobosan-terobosan yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Layanan kesehatan primer sering kali identik dengan bahwa puskesmas cuma bisa mengobati pusing, keseleo, masuk angin. Posisinya paling dekat dengan kita semua. Tapi karena terlalu dekat, terlalu banyak, jadi kadang-kadang tidak ada yang memperhatikan dan tidak identik dengan inovasi," ujar Yurdhina dalam acara peringatan Satu Dekade Pencerah Nusantara yang digelar hibrida, diikuti secara daring dari Jakarta, Sabtu.

"Padahal, Pencerah Nusantara dalam sepuluh tahun terakhir menjadi saksi bahwa ada banyak sekali inovasi di lapangan yang tidak banyak yang tahu. Inovasi yang kami belajar darinya sehingga itu bisa kami replikasi dan kami sebarkan lebih jauh lagi," lanjutnya.

Sebagai informasi, Pencerah Nusantara merupakan program yang dijalankan CISDI sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan pelayanan publik di bidang kesehatan.

Dalam sebulan terakhir, Yurdhina mengatakan pihaknya mencari inovasi-inovasi yang sudah berjalan di puskesmas di seluruh Indonesia. Hasilnya, ada 40 karya inovasi yang terkumpul dari berbagai daerah termasuk Riau, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua.

Ia juga mengatakan inovasi dari puskesmas-puskesmas tersebut beragam, tak hanya soal layanan jemput bola atau pemeriksaan kesehatan dari rumah ke rumah yang banyak dilakukan terutama sejak pandemi COVID-19.

"Ada soal peningkatan gizi, ada soal kesehatan ibu dan anak, pelibatan orang muda, sampai inovasi yang fungsinya merangkul orang-orang yang selama ini aksesnya terbatas pada layanan kesehatan," katanya.

Ia melanjutkan, 40 karya yang sudah terkumpul kemudian dikurangi menjadi 12 besar. Setelah itu, dewan juri pun memutuskan tiga puskesmas dengan inovasi terpilih.

Ketiga puskesmas itu adalah Puskesmas Cakung Jakarta Timur dengan inovasi Madu Besi (Masyarakat Peduli Pembekalan Farmasi), Puskesmas Cluwak Kabupaten Pati, Jawa Tengah, dengan aplikasi DISAPPU (Digital Skrining Awal Penyakit Paru), dan Puskesmas Tagulandang Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara dengan inovasi pelayanan kesehatan ibu dan anak Munadia Si Mama (Mempersiapkan Ibu).

Adapun yang bertindak sebagai juri adalah Administrator Kesehatan Ahli Madya Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan dr. Wing Irawati, Administrator Kesehatan Ahli Muda/PMO Kesmas Kementerian Kesehatan dr. Rima Damayanti, dan pegiat kesehatan dan resiliensi dr. Sri Kusuma Hartani.

"Pengalaman kami dalam menilai ini memang dari 12 itu sangat sulit dan memang semuanya inovasi yang sangat baik sekali. Dengan adanya transformasi layanan kesehatan primer, semua layanan primer khususnya puskesmas itu memang dituntut untuk berinovasi," kata Rima.

"Apalagi dengan kondisi pandemi COVID-19 saat ini, semua berpikir agar bagaimana masyarakat itu tetap dapat terlayani dan dapat ditingkatkan aksesnya. Dan untuk ketiga yang juara ini saya melihat bahwa inovasi yang disampaikan ini betul-betul melihat dari latar belakang permasalahan yang ada," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jawa Barat apresiasi CISDI bantu tangani COVID-19
Baca juga: CISDI rayakan satu dekade program Pencerah Nusantara
Baca juga: AIPI dorong pemerintah transformasi layanan kesehatan primer

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022