Jakarta (ANTARA) - Aryna Sabalenka yang bakal menjalani final Australia Open sekarang ini adalah petenis yang lebih tenang dalam pertandingan, tidak seperti yang tampak pada Grand Slam pembuka pada tahun sebelumnya.

Satu tahun lalu, servis Sabalenka berantakan dan dia harus melewati pertarungan sengit di Australia Open saat emosinya yang rapuh terungkap.

Sekarang, dia tinggal selangkah meraih kesuksesan setelah pada akhirnya mencapai final Grand Slam dalam percobaan keempatnya.

Petenis 24 tahun asal Belarus itu akan berjumpa dengan Elena Rybakina pada Sabtu di partai puncak di bawah lampu sorot Rod Laver Arena.

Sabalenka telah memenangi seluruh 10 pertandingan yang ia jalani musim ini dan belum pernah kehilangan satu set pun. Gaya permainannya yang sangat kuat seringkali menyulitkan lawan dan kerapuhan mentalnya sudah menjadi masa lalu.

Servis yang gugup yang menghantuinya selama 12 bulan terakhir telah menjelma menjadi pukulan yang solid, hanya enam kali terkena break di Melbourne.

Baca juga: Sabalenka tekuk Linette untuk jumpa Rybakina di final Australian Open

Kepercayaan diri yang ia miliki telah membuat Sabalenka menemukan kedamaian batin, namun tidak menghilangkan jiwa petarungnya dalam dirinya.

Kombinasi itu berarti dia dapat membebaskan dirinya dari setiap kesulitan, seperti yang Sabalenka lakukan ketika tertinggal 0-2 dari Magda Linette pada semifinal sebelum memperpanjang rentetan kemenangannya.

"Saya mencoba mengurangi berteriak setelah mendapat poin jelek atau melakukan kesalahan," kata Sabalenka dikutip AFP. "Saya mencoba mengendalikan diri saya, tetap tenang, hanya memikirkan poin selanjutnya.

"Saya masih berterikan 'Ayo!' dan hal-hal semacam itu, hanya mengurangi emosi yang negatif."

Sabalenka mengaku dirinya harus melewati "banyak momen-momen sangat berat" dalam laga perempat final melawan Donna Vekic, sebelum menyudahi pertandingan dalam waktu satu jam 49 menit.

Sabalenka menghadapi break point dalam setiap gim servisnya melawan Vekic, sebelum menyelamatkan 12 dari 14 break point yang ia dapati.

Baca juga: Rybakina kalahkan Azarenka untuk ke final Australian Open

"Saya terus berkata: 'Jaga permainan, bertarunglah, jangan beri dia poin mudah, buat dia susah payah'."

Sabalenka merasa dia mampu mengendalikan emosinya sehingga dia tidak lagi berhubungan dengan psikolog olahraganya.

"Jujur, saya memutuskan untuk tidak lagi menemui psikolog. Saya menyadari bahwa tidak ada orang lain yang bisa membantu selain diri saya sendiri," kata Sabalenka.

"Saya merasa saya harus menghadapinya sendiri karena setiap kali berharap orang lain menyelesaikan masalah saya, itu tidak kunjung terjadi.

"Saya adalah psikolog saya sendiri," kata dia tertawa.

Ketika ditanya bagaimana dirinya mempersiapkan diri untuk final pertama di Grand Slam, Sabalenka mengatakan ia tidak akan mengubah apapun, bahkan apabila servis yang gugup itu muncul lagi.

"Saya tidak melakukan tambahan apa-apa. Saya rasa merasa sedikit gugup itu tidak masalah," kata dia.

"Ini adalah turnamen yang besar, final yang besar. Apabila Anda mencoba menyiapkan sesuatu untuk itu, maka (laga) itu akan menjadi lebih besar.

"Saya hanya membiarkannya begitu. Tidak masalah merasa gugup."

Baca juga: Tsitsipas menuju final Australian Open untuk capai peringkat pertama
Baca juga: Djokovic hancurkan Rublev untuk ke semifinal Australian Open

 

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2023