Analisis kami menunjukkan, setidaknya terdapat tiga tantangan kesehatan struktural pada 2023
Jakarta (ANTARA) - Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) meluncurkan dokumen kebijakan kesehatan atau Health Outlook 2023, berisi pemetaan isu dan rekomendasi reformasi sistem kesehatan Indonesia.

"Analisis kami menunjukkan, setidaknya terdapat tiga tantangan kesehatan struktural pada 2023," kata Founder dan Chief Executive Officer CISDI, Diah Satyani Saminarsih dalam agenda peluncuran bertajuk "Saatnya Berubah" di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Rabu.

Tantangan yang dimaksud adalah kemunduran ketahanan sistem kesehatan, mengendurnya komitmen politik untuk sektor kesehatan di tengah gemuruh Pemilu 2024, dan terbatasnya anggaran untuk sektor kesehatan.

Sementara di sisi lain, kata Diah, pandemi COVID-19 menguak masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan di Indonesia. Pandemi juga menunjukkan permasalahan kesehatan publik selalu bersifat struktural.

Untuk merespons perkembangan tersebut, CISDI menekankan urgensi reformasi sistem kesehatan nasional, yang dirumuskan ke dalam tiga pilar sistem kesehatan nasional.

Pilar pertama, transformasi layanan kesehatan primer dengan mewujudkan akses layanan kesehatan primer yang merata dan berkualitas layak serta terintegrasi fasilitas kesehatan publik-swasta maupun aktivitas unit kesehatan perorangan (UKP), dan unit kesehatan masyarakat (UKM).

Pilar kedua, transformasi sistem kesehatan digital yang memerlukan inovasi teknologi dan integrasi sistem informasi kesehatan yang berkeadilan. Orientasinya harus berfokus pada perbaikan kualitas dan akses layanan kesehatan bagi semua, tanpa mengabaikan kelompok rentan.

“Beragam tantangan menanti di depan, mulai dari fragmentasi data, kurangnya infrastruktur pendukung, kurangnya kapasitas layanan kesehatan, keterbatasan SDM ahli, tata kelola, dan kepemimpinan, hingga keterbatasan regulasi,” katanya.

Pilar ketiga, transformasi tata kelola kesehatan global dan teknologi kesehatan. Indonesia perlahan mulai terlibat aktif dalam diplomasi multilateral untuk kesehatan global.

“Sejumlah posisi strategis di berbagai kerja sama multilateral telah diisi. Komitmen pembiayaan telah disepakati dan ditandatangani. Tetapi, gaungnya di dalam negeri belum senyaring di luar negeri," katanya.

Ia mengatakan masih dibutuhkan aksi konkret berupa kebijakan inklusif dan partisipatif, serta memetakan prioritas aksi diplomasi untuk memperkuat sistem kesehatan nasional.

Menutup kegiatan, Diah mengingatkan kembali pentingnya penguatan sistem kesehatan.

“Melalui catatan Health Outlook 2023, kami meyakini sistem kesehatan yang adil, setara, berkualitas, responsif, efisien, dan resilien hanya dapat diwujudkan melalui reformasi kebijakan tata kelola, pembiayaan kesehatan, dan pelayanan kesehatan," demikian Diah Satyani Saminarsih.

Untuk uraian lebih lengkap, dapat diunduh pada dokumen Health Outlook 2023 di sini.

Baca juga: CISDI mengatakan 2023 adalah tahun yang tepat untuk mengubah kesehatan

Baca juga: CISDI: Dana Pandemi merupakan upaya strategis untuk menutup kesenjangan pembiayaan kesehatan

Baca juga: CISDI memberikan penghargaan kepada tiga Puskesmas yang berinovasi

Baca juga: CISDI: Transformasi layanan kesehatan primer adalah jalan keluar dari pandemi

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023